Boneka Jepang Yang Seram
Hyottoko dan Okame
Ini adalah sepasang topeng wajah laki-laki dan perempuan. Hyottoko merupakan topeng wajah laki-laki dengan ekspresi lucu dan konyol mirip anak-anak. Bibirnya mengerucut ke depan lalu dimiringkan ke kiri. Ekspresi ini karena Hyottoko digambarkan sedang bermain atau meniup seruling.
Okame tidak kalah menggemaskan dari Hyottoko. Wajah perempuan dalam Okame dibuat bulat dan besar dengan bulatan merah pada pipinya yang gemuk. Mata yang menyipit menggambarkan topeng itu sedang tersenyum. Kedua topeng ini merupakan representasi dari keberuntungan dan aura positif.
Tengu adalah topeng dengan wajah merah dan memiliki ekspresi seram. Hidung pada topeng tengu panjang mirip paruh burung. Walaupun seram, tapi Tengu ternyata memiliki manfaat yang baik bagi manusia. Yaitu menghalau roh jahat serta pembawa nasib baik. Tengu biasanya muncul pada perayaan agama Shinto.
Dari semua topeng, Oni adalah yang paling terkenal. Topeng ini adalah menggambarkan wujud setan khas Jepang yang kemerahan, bergigi panjang, bertanduk, dan juga memiliki ekspresi wajah yang menyeramkan. Oni selalu muncul pada festival Setsubun atau festival menghalau setan.
Jika tiga topeng di atas berwujud wajah manusia atau perwujudan setan, maka kitsune adalah perwujudan binatang. Ini adalah salah satu topeng di Jepang yang ditujukan untuk kesenangan. Kitsune, dalam tradisi Jepang, dianalogikan sebagai makhluk supranatural yang bisa berubah wujud. Kitsune juga identik dengan simbol kemakmuran karena ia merupakan pembawa pesan dari dewa Shinto, Inari.
Inilah topeng para Samurai. Men Yoroi digunakan oleh Samurai untuk melindungi wajah mereka ketika pertempuran. Topeng ini bisa dibuat penuh menutupi seluruh wajah atau sebagian saja. Berbeda dengan topeng lainnya, Men Yoroi hanya bisa dijumpai di museum dan tidak digunakan untuk perayaan.
Noh dan kyogen tidak dapat dipisahkan. Noh yang merupakan teater tradisional Jepang memiliki sesi pertunjukan komedi, yaitu Kyogen. Dalam teater inilah topeng-topeng bermunculan. Bisa topeng-topeng setan atau juga topeng-topeng yang berwajah lucu.
Tradisi tentang topeng di Jepang bukanlah tanpa masalah. Beberapa waktu lalu dikabarkan bahwa festival setan atau yang biasa disebut Namahage oleh warga Jepang pamornya menurun. Biasanya, festival ini sering diadakan di Prefektur Akita yang ada di Honshu utara.
Karena menurunnya minat warisan budaya ini, PBB melalui UNESCO menetapkan Namahage sebagai warisan budaya di tahun 2018 lalu (※). Ini adalah langkah PBB dalam melindungi tradisi unik dan meriah itu. Festival topeng ini sendiri sangat unik karena selama festival berlangsung, orang laki-laki akan memakai topeng berwajah setan dan pakaian dari jerami khas Jepang.
Laki-laki yang mengenakan topeng dan pakaian jerami ini akan menyambangi rumah-rumah untuk menanyakan apakah terdapat anak nakal di rumah itu. Kedatangan para “setan” ini menandakan kebaikan karena keburukan akan dihalau oleh mereka.
Semakin kesini, anak-anak muda tidak lagi peduli dengan festival ini. Belum lagi ada tradisi tentang festival ini dimana yang memakai topeng hanya boleh laki-laki. Jelas ini menghambat pelestarian festival topeng setan ini karena semakin sedikit yang bisa berpartisipasi.
Sejarawan pun mulai khawatir jika festival ini akan pudar seiring waktu dan perkembangan zaman. Tapi karena UNESCO sudah mengesahkannya sebagai warisan budaya, muncul secercah harapan. Pasalnya, festival ini sangat menarik bagi wisatawan. Tercatat ada 6.100 orang datang pada saat tahun baru pada 2018 berkat adanya festival Namahage (※).
Itulah tadi penjelasan seputar topeng Jepang. Dari sekian banyak topeng yang dimiliki oleh Jepang, sebagian besar adalah topeng-topeng legendaris yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Di masa kini, topeng Jepang muncul dalam berbagai macam bentuk dan tema yang unik dan menarik. Bahkan ada topeng dari karakter manga yang juga sering digunakan di festival-festival.
Baca juga: Kondisi Jepang yang Kamu Kenal Lewat Dunia Maya. Real or Fake?
Dibuat agar Warga Desa Tidak Kesepian
Boneka tersebut dikenal sebagai 'Kakashi' atau orang-orangan sawah dalam bahasa Jepang. Berbeda dengan orang-orangan sawah umumnya yang berguna untuk mengusir burung, boneka ini hadir untuk membantu memerangi kesepian.
Sang pembuat boneka Tsukimi lahir di Nagoro, kemudian sempat merantau, dan akhirnya kembali pada 2002 ke desa ini. Setelah pulang kampung, ia mendapati bahwa sebagian besar penduduk telah pergi untuk bekerja di kota dan jumlah penduduk terus berkurang karena penduduk yang lebih tua meninggal dunia. Karena itulah ia mengisi kembali desa tersebut dengan boneka-boneka bikinannya.
Setiap musim gugur, desa ini menyelenggarakan Festival Orang-orangan Sawah lengkap dengan kompetisi foto. Pemenangnya akan mendapatkan orang-orangan sawah. Selain itu, diadakan pula lokakarya pembuatan orang-orangan sawah.
Meskipun begitu, desa ini tidak pernah bermaksud untuk menjadi daya tarik wisata. Tetapi, kini justru banyak turis internasional yang datang ke desa yang terpencil ini setiap tahunnya.
Desa ini pun telah tampil di TV, termasuk film dokumenter Valley of the Dolls pada 2014, serta muncul dalam sebuah episode serial perjalanan James May, Our Man in Japan.
Okiku merupakan boneka Jepang yang terkenal akan kisah seramnya. Boneka itu rambutnya terus tumbuh panjang layaknya manusia.
Okiku adalah boneka yang perawakannya menyerupai gadis cilik Jepang. Boneka itu disimpan di Kuil Mannenji Hokkaido.
Di balik penampilan imutnya, terdapat kisah seram yang eksis dari generasi ke generasi. Boneka itu konon bukanlah boneka biasa, melainkan boneka yang di dalamnya berisi roh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Grapee Japan, Senin (23/10/2023), mulanya, boneka ini dibeli di Hokkaido oleh seorang remaja laki-laki Eikichi Suzuki (17) pada 1918. Boneka itu lantas diberikan kepada adik perempuannya Kikuko (3) sebagai hadiah.
Kikuko sangat menyukai boneka barunya ini. Dia selalu membawa boneka itu kemana saja, bahkan sampai diajak tidur bersama.
Boneka itu punya gaya rambut okappa yang umum ditemukan di boneka tradisional Jepang. Rambutnya dipotong sepanjang garis rahang dan memiliki pinggiran pendek di bahu.
Sayangnya, Kikuko meninggal mendadak setahun kemudian. Dia meninggal setelah terserang flu.
Untuk mengenang, Kikuko, keluarganya menyimpan boneka tadi di kuil rumah. Mereka juga selalu mendoakan boneka tersebut. Hingga pada satu waktu, mereka menyadari sesuatu yang aneh.
Potongan rambut Okiku perlahan tumbuh. Hal ini dianggap sebagai pertanda bahwa boneka itu dirasuki roh penasaran dari Kikuko.
Beberapa tahun kemudian pada tahun 1938, ayah Kikuko memberikan boneka Okiku ke Kuil Mannenji untuk dirawat, karena ia dan keluarganya harus pindah ke daerah lain untuk bekerja.
Akhirnya, sampai hari ini, Okiku tinggal di kuil tersebut. Traveler yang berkunjung ke Kuil Manneji juga dapat melihat boneka ini tapi tidak boleh difoto.
Berdasarkan penelitian ilmiah terhadap Okiku, rambut tersebut adalah milik anak manusia. Sekarang boneka yang dipajang di kuil itu memiliki rambut sampai ke lutut dan konon terus tumbuh bahkan setelah dipangkas secara berkala.
Siapa yang berani memotong rambut Okiku? Rupanya seorang pendeta kuil mendapat mimpi menyampaikan bahwa ini adalah keinginan boneka tersebut, dan umumnya apa yang diinginkan oleh boneka arwah akan didapatkannya.
Klaim menakutkan lainnya adalah mulut Okiku bisa perlahan-lahan terbuka. Jika traveler berani melihat ke dalamnya, traveler mungkin bisa melihat sekilas sesuatu seperti gigi yang sedang tumbuh.
Desa yang dipenuhi boneka di Jepang ini memiliki nuansa yang sangat seram. Boneka-boneka itu untuk menggantikan orang yang sudah mati.
Boneka-boneka itu bukan boneka mainan. Tetapi, boneka itu merepresentasikan penduduk desa yang sudah meninggal dunia. Selain menjadi boneka, warga yang sudah meninggal juga diganti dengan orang-orangan sawah.
Melansir Daily Star, Sabtu (21/10/2023) desa tersebut bernama desa Nagoro. Lokasinya berada di Lembah Iya, Pulau Shikoku, Prefektur Tokushima, Jepang. Menurut TravelLocal, desa itu disinyalir sebagai salah satu destinasi paling berhantu untuk dikunjungi saat Halloween.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apakah Anda penggemar horor atau bukan, destinasi-destinasi ini memiliki cerita dan legenda yang sangat menarik di baliknya, yang tentunya layak untuk dijelajahi jika Anda mengunjungi negara ini," kata co-Founder Travel Local, Huw Owen.
"Apa yang kita anggap sebagai roh 'jahat' juga ditafsirkan dengan sangat berbeda di seluruh dunia dalam budaya yang berbeda. Meski begitu, ada banyak aktivitas 'menakutkan' yang kurang dikenal yang bisa Anda lakukan juga, sepanjang tahun," dia menambahkan.
Kini, Desa Nagaro itu seolah memiliki banyak penduduk, tetapi merupakan boneka-boneka yang ditempatkan di semua sudut desa. Boneka-boneka itu 'bekerja' di ladang, 'duduk' di meja sekolah, atau 'berjalan-jalan' di toko. Boneka-boneka itu juga berkumpul di halte bus atau duduk di beranda depan rumah. Beberapa boneka menari bersama di sebuah pesta sedangkan para pekerja mengenakan topi dan beristirahat di luar rumah.
Desa Nagaro memiliki 350 model boneka seukuran manusia asli. Jumlah itu 10 kali lipat jumlah penduduk yang tinggal di desa ini, yakni sekitar 30 orang, berdasar perhitungan pada 2019.
Tsukimi Ayano, sang pembuat boneka, akhirnya memutuskan untuk mengisi ruang kosong dengan boneka-boneka tersebut. Walau begitu, desain boneka itu awalnya tak dibuat menakutkan.
Hasil Pencarian Boneka Jepang Lucu
Jepang adalah negara festival. Dalam satu tahun, Jepang bisa merayakan lebih dari 10 festival. Salah satu yang unik dari festival dan tradisi di Jepang adalah topeng Jepang. Topeng-topeng ini sangat erat dengan mitologi di Jepang. Bahkan ada festival khusus untuk perayaan hari topeng.
Topeng-topeng ini tampil dalam berbagai karakter wajah dari yang seram hingga menggemaskan. Turis-turis sering membeli topeng ini untuk dijadikan buah tangan. Nah, mau tau seperti apa asal-usul dan macam-macam topeng Jepang? Baca sampai habis artikel ini.
Asal Usul Topeng Jepang
Penggunaan Topeng di Festival
Jenis-Jenis Topeng Jepang dan Artinya
Polemik Topeng Jepang
Di Jepang, topeng bukan sekedar karya seni biasa namun merupakan identitas negara. Topeng di Jepang sudah ada sejak zaman Heian yaitu zaman yang dimulai pada tahun 794. Topeng yang terkenal di zaman ini adalah jenis oni atau yang topeng yang menggambarkan setan.
Topeng di Jepang juga digunakan oleh para Samurai di masa lampau. Topeng samurai bahkan sangat terkenal dan menjadi koleksi nasional di Jepang. Selain untuk para ksatria, topeng juga digunakan untuk olahraga dan juga pementasan. Teater Noh, yang merupakan teater paling tua di Jepang juga menggunakan topeng. Sedangkan untuk olahraga, topeng digunakan pada olahraga kendo.
Jika dirunut, topeng Jepang banyak didasarkan pada budaya Tiongkok khususnya untuk topeng-topeng setan. Selain budaya Tiongkok, topeng di Jepang juga dipengaruhi oleh budaya Onmyodo yaitu penggabungan antara okultisme dan pengetahuan tentang alam. Onmyodo sendiri berasal dari filosofi Tiongkok.
Pada topeng oni misalnya, sangat dipengaruhi oleh penggambaran mata angin dalam filosofi Onmyodo yaitu timur laut sebagai arah kesialan atau gerbang oni. Selain dipengaruhi oleh budaya Tiongkok, agama Shinto yang dianut mayoritas penduduk Jepang juga menginspirasi lahirnya topeng-topeng di Jepang. Dalam upacara keagamaan topeng kerap dipakai.
Jepang adalah negara festival dan penggunaan topeng pada festival menambah semarak perayaan yang berlangsung. Sebagian besar festival di Jepang mengharuskan penggunaan topeng. Pementasan-pementasan yang ada selama festival berlangsung juga menggunakan topeng. Umumnya para penari dan penampil lah yang mengenakannya.
Selain untuk festival yang berhubungan dengan tradisi dan kesenian, topeng juga digunakan pada festival keagamaan. Misalnya pada festival melempar kacang atau yang populer disebut Setsubun. Kuil-kuil akan penuh dengan orang mengenakan topeng.
Di tahun baru, Jepang selalu menyelenggarakan festival yang disebut sebagai festival setan. Pada perayaan ini topeng-topeng seram aneka wajah bertebaran. Festival ini sudah ada sejak berabad-abad lalu. Selain untuk menyambut tahun baru, topeng juga digunakan pada acara keagamaan Shinto.
Jadi, terlihat jelas hubungan erat antara topeng dan festival-festival yang ada di Jepang. Topeng digunakan sebagai lambang atau perantara manusia dengan kekuatan supranatural, mitos, dewa-dewa, dan tradisi Jepang lainnya.
Topeng-topeng di Jepang sarat akan makna dan filosofi. Penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari tidak terbatas pada perayaan saja tapi merupakan bagian dari sejarah bangsa Jepang. Selain itu topeng juga representasi atau bentuk penghormatan kepada dewa-dewa dan sebagai sarana untuk melakukan ritual.
Berikut ini adalah jenis-jenis topeng yang terkenal di Jepang dan maknanya: